Orang Tua Sering Menghukum Anak, Bisa Menyebabkan Trauma, Benarkah?

Pasca mengalami kekerasan fisik, anak bisa merasakan trauma fisik juga psikis. Derajat keparahan trauma yang dimiliki anak pun berbeda.

Menurut psikolog anak dan keluarga Anna Surti Ariani, SPsi, MPsi, Psikolog, trauma yang dialami anak bisa berupa trauma ringan atau berat. Pada trauma fisik ringan, luka yang dialami anak tidak terlalu berat.

Nah, trauma psikis ringan yang dialami anak bisa berupa rasa cemas atau takit, tapi tidak dalam waktu yang lama. Setelahnya, anak sudah bisa 'menerima' peristiwa yang pernah ia alami.

"Tapi perlu diingat juga efek psikis yang terjadi tergantung gimana si anak memaknai peristiwa itu. Nggak selalu korelatif kondisi fisik dengan psikis si anak.

Sementara, pada derajat yang parah, trauma anak bisa berupa selalu gemetaran, ia menjadi sosok yang minder, selalu takut pada orang lain, dan mengalami depresi. Sedangkan, secara fisik anak bisa mengalami banyak luka dan kurang gizi bisa terjadi ketika anak kehilangan nafsu makannya.

Untuk memulihkan trauma anak, baik ringan atau parah, menurut Nina kembali lagi pada bagaimana anak memaknai peristiwa tersebut. Dengan adanya penanganan yang tepat ditambah dukungan dari orang sekitar, kemungkinan anak pulih lebih cepat dari trauma akan lebih besar.

"Patut diingat bahwa kekerasan itu sifatnya berulang ya, nggak cuma sekali. Misalnya ayahnya nih tiap pulang kerja selalu banting-banting barang, tiap ngomong sama anak keras dan selalu bikin anak ketakutan," kata pemilik akun Twitter @AnnaSurtiNina ini.

Lain halnya ketika ayah yang biasanya tak pernah marah, tapi kemudian sekali waktu ia marah pada si anak, dikatakan Nina itu belum termasuk kekerasan.

0 Response to "Orang Tua Sering Menghukum Anak, Bisa Menyebabkan Trauma, Benarkah?"

Posting Komentar